Sabtu, 13 November 2010

Monumen Resolusi Jihad Surabaya

Monumen Resolusi Jihad yang didirikan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Surabaya di Jalan Bubutan VI/2, Surabaya, Jumat, mulai dibuka untuk umum.

"Pembukaan monumen itu untuk publik ditandai dengan Pameran Foto dan Dokumentasi Perjuangan Ulama dalam Mempertahankan Negara Indonesia pada Jumat (5/11) malam," kata Ketua PCNU Kota Surabaya KHA Saiful Chalim.

Pada pembukaaan monumen untuk menyambut Hari Pahlawan itu, akan tampil sastrawan asal Madura D Zawawi Imron yang berorasi tentang pemaknaan jihad membela Tanah Air dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.

"Di gedung tersebut telah dicetuskan Fatwa Resolusi Jihad pada tanggal 22 Oktober 1945 yang merupakan hasil musyawarah para ulama se-Jawa dan Madura atas prakarsa Rais Akbar NU KHA Hasyim Asy'ari untuk menyikapi bahaya terkait kedatangan tentara Sekutu," paparnya.

Ia menilai keberadaan Monumen Resolusi Jihad itu merupakan bukti fisik untuk memelihara semangat perjuangan yang dilakukan para ulama dan kaum santri.

"Untuk pengelolaannya, kami memberikan amanah kepada PC Lembaga Seni Budaya Indonesia (Lesbumi) Kota Surabaya mengumpulkan dokumen dan menyelenggarakan aktivitas di monumen ini," katanya.

Dalam pameran untuk menandai pembukaan monumen itu, sebanyak 18 foto bersejarah perjuangan para ulama dipamerkan di Ruang Pameran Monumen Resolusi Jihad.

"Foto-foto itu merupakan khazanah dokumentasi yang berhasil dikumpulkan dari warga nahdliyin di Surabaya, di antaranya dari keluarga Pesantren Sidoresmo yang selama ini belum dipublikasikan," tutur Ketua Lesbumi Surabaya, Riadi Ngasiran.

Ketua tim kerja Monumen Resolusi Jihad itu mengatakan pihaknya akan terus melengkapi dengan mengumpulkan dari berbagai sumber bukti-bukti sejarah perjuangan ulama NU.

"Antara lain, kami sudah berhasil mengumpulkan dokumentasi berupa berita-berita di koran dan majalah terbitan pada masa perjuangan. Saya yakin, masih banyak data, baik foto maupun dokumen lain, yang tersimpan di keluarga-keluarga pada kiai dan warga NU. Kami tunggu," katanya.

Acara itu diawali dengan tahlil dan doa bersama untuk para korban bencana gunung Merapi dan gempa tsunami di Mentawai, serta banjir bandang di Wasior, Papua Barat.

"Kami melakukan doa sesuai dengan tradisi NU, sebagai rasa kepedulian terhadap penderitaan sesama dan untuk keselamatan negara," kata Rais Syuriah PCNU Kota Surabaya, KH Ahmad Dzul Hilmi.

Tidak ada komentar: